Makalah
DI SUSUN OLEH
NAMA MAHASISWA : NYIMAS NAZARIAH NAZIMAH (13422075)
DOSEN PENGAMPUH : WAHYU
RISKY ANDIFANI
ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN BUDAYA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2014 / 2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................
2
BAB I Pendahuluan.................................................................................
2
A. Latar Belakang.....................................................................................
2
B. Rumusan Masalah.................................................................................
3
C. Tujuan...................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................
4
a. Sejarah Tari Gending Sriwijaya............................................................
4
b. Fungsi Tari Gending Sriwijaya.............................................................
6
c. Sejarah Tari Tanggai.............................................................................
7
d. Raga gerak ........................................................................................... 8
e. Gambar Gerakan Tari Tanggai..............................................................
10
f. Bahan busana dan Tata rias..................................................................
17
BAB III PENUTUP.................................................................................
18
a.
Kesimpulan..........................................................................................
18
b. Saran....................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Palembang adalah salah satu kota di Indonesia yang merupakan
ibukota Provinsi Sumatera Selatan. Menurut sejarah, kota Pelembang merupakan
kota tertua di Indonesia. Banyak ikon-ikon dari Kota Palembang. Salah satunya
adalah tari Gendhing Sriwijaya dan Tanggai. Dalam penyusunan makalah kali ini
saya memilih topik “Kesenian Tari Gending Sriwijaya dan Tanggai dipalembang”
karena keunikan keunikan dari tarian tersebut.
Kebudayaan ialah sal ah satu aspek yang terpenting dalan kehidupan
manusia. Salah satu unsur kebudayaan yaitu kesenian. Kesenian pada masyarakat
Jawa, Kalimantan, Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara merupakan satu kompleks
unsur yang tampak amat digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga tampak
seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakatnya. Seni tari penyambutan
tamu pada daerah-daerah tersebut ialah salah satu asset yang dimiliki oleh
masyarakat itu karena merupakan seni tari yang khas dan asli dari daerah
tersebut. Tarian gending sriwijaya ini dari palembang dan sebagai daerah kaya
penyimpan koleksi sejarah masa lalu.
Palembang juga memiliki banyak ragam seni tari. Dari imajinasi dan
khyalan terhadap zaman keraton kerajaan Sriwijaya pada abad VI SM, yang sangat
tersohor dengan ekspansi wilayah dan
pusat Agama Budha sampai zaman keemasan kesultanan palembang Darussalam.
Tahapan sejarah masa lalu itu sampai kini memberikan banyak inspirasi bagi
masyarakat.
Tari Gending Sriwijaya
termasuk lagu pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk mengingatkan para
pemuda bahwa para nenek moyang adalah bangsa dan besar yang menghormati
persaudaraan dan persahabatan antar manusia dan hubungan antara manusia dengan
Sang pencipta. Tari tersebut melukisan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat
menerima tamu yang diagungkan.
Tari tanggai adalah
sebuah tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang telah memenuhi undangan.
Pada zaman sekarang, tari tanggai selain dipertontonkan dalam acara-acara
pernikahan masyarakat palembang, tari ini juga dipertontonkan dalam acara-acara
resmi organisasi dan pergelaran seni disekolah-sekolah.
Antropologi memang sejak
lama menaruh perhatian terhadap kesenian tradisional. Namun keseni bagi cabang
ilmu pengetahuan ini tidak hanya diartikan sebagai tari-tarian, tetapi terutama
seni pembuatan tekstil (termasuk batik, ikat, dan songket). Dalam hal ini,
arti, kedudukan, dan simbolik dari motif-motif yang tempat yang penting dalam antropologi. Namun,
disamping itu hampir semua cabang kesenian tradisional pun mendapat perhatian
yang mendalam dari antropologi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Makalah ini membahasa
tentang beberapa hal yang penting dan perlu diketahui.
1.
Bagaimana
sejarah dari tari gending sriwijaya dan tanggai
2.
Bagaimana
lirik lagu gending sriwijaya dan tanggai
3.
Ada
berapa penari ditarian gending sriwijaya
4.
Fungsi
dalam tarian gending sriwijaya
5.
Gambar
gerakan tarian tanggai
C.
TUJUAN
Untuk lebih mengetahui
tarian gending sriwijaya dan tanggai. Dan menambah pengetahuan mengenai tari
gending sriwijaya dan tanggai, mengtahui keunikan-unikan tarian gending
sriwijaya dan tanggai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Tari Gending Sriwijaya
Tarian ini
digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut,
seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara atau pemerintahan negara sahabat, duta-duta
besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Untuk
menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah
satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan
kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah
yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa
itu.
Tari ini ditampilkan
secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar
dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari
Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan
perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya berjumlah
13 orang terdiri dari :
Para penari Gending
Sriwijaya :
ü Satu orang penari utama pembawa tepak (tepak, kapur, sirih).
ü Dua orang penari pembawa peridon (perlengkapan tepak)
ü Enam orang penari pendamping (tiga dikanan dan tiga kiri)
ü Satu orang pembawa payung kebesaran (dibawa oleh pria)
ü Satu orang penyanyi Gending Sriwijaya
ü Dua orang pembawa tombak (pria)
Tarian
Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana
Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan
penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang
di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran
penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang
peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu
dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa
tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang
datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan.
Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja,
sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang
pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
B. Fungsi Tari Gending Sriwijaya
Tari
Gending Sriwijaya diterima dan diakui sebagai tari adat Sumatera Selatan
berfungsi sebagai tari penyambutan tamu penting dan tamu yang diangungkan.
Fungsi Tari Gending Sriwijaya sebagai tari penyambutan tamu itu diresmikan oleh
H. Asnawi Mangkualam selaku Gubernur Kepala Daerah Sumatera Selatan pada tahun
1960-an
Dalam
prosesi penyambutan tamu resmi atau tamu angung itu, Tari Gending Sriwijaya
ditampilkan dengan penyuguhan tepak (tempat sirih), lengkap dengan isinya,
yaitu daun sirih, pinang, kapur, getah gembir, dan tembakau sebagai lambang
penghormatan kepada tamu resmi atau pun tamu agung itu. Penyuguhan sekapur
sirih ini dilakukan oleh 9 penari dengan gerak lemah gemulai dilengkapi dengan
seorang penyanyi, seorang pembawa payung dan dua orang pemegang tombak sebagai
tanda kebesaran keagungan.
Lirik Lagu Gending
Sriwijaya
Di kala ku
merindukan keluhuran dahulu kala
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.
Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.
Kutembangkan nyanyian lagu Gending Sriwijaya
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia
Kuciptakan kembali dari kandungan Sang Maha Kala
Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru
Tutur sabda Dharmapala sakya Khirti dharma khirti
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Maha Meru
Menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.
Borobudur candi pusaka zaman Sriwijaya
Saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa
Memahsyurkan Indonesia di benua Asia
Melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa
Taman Sari berjenjangkan emas perlak Sri Kesitra
Dengan kalam pualam bagai di Sorga Indralaya
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.
Musik
pengiring Tari Gending Sriwijaya adalah lagu Gending Sriwijayab yang diciptakan
oleh duet A. Dahlan Mahibat Dengan Nungcik A.R. sebagai pengarang syairnya pada
tahun 1994.
C.
Sejarah Tari Tanggai
Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut
tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending
Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau
tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari.
Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari
Gending Sriwijaya. Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari
menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu.
Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam
bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Tari Tanggai sering dipergunakan dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera
Selatan, acara-acara resmi organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah.
Sanggar-sanggar seni di kota Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran
tarian tanggai ini, lengkap dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan .
Sebagai tarian penyambutan, tari tanggai mempunyai banyak kesamaan
dengan tari geding sriwijaya yang juga berfungsi sebagai tari untuk menyambut
tamu.
Perbedaan kedua tarian tersebut terletak pada jumlah penari dan
kelengkapan akseoris yang dipakai oleh penari. Pada tari tanggai biasanya berjumlah 5 orang penari, sedangkan jumlah tari geding
sriwijaya berjumlah 9 orang penari. Akseroris yang dipakai oleh penari yang membawakan tarian geding
sriwijaya juga biasanya lebih lengkap dibanding aksesoris yang dipakai oleh
penari tanggai. Walaupun pada dasarnya busana yang dipakai oleh penari pada kedua
traian tersebut biasanya terbuat dari kain songket khas Sumatera Selatan.
Sebagai tarian penyambutan, gerakan-gerakan pada tari tanggai
sepenuhnya mampu mengambarkan ketulusan dan keramahan sang tuan rumah atas
kedatangan tamunya. Hal ini ditujukan dengan gerakan tari tanggai yang
didominasi oleh gerakan tangan yang lentur dan kelentikan jemari penari yang
dihiasi oelh tanggai yang terbuat dari lempengan tembaga. Selain gerakan yang
lemah gemulai, harmoni lagu yang mengiringi tarian ini juga mampu
menggambarakan keharmonisan yang tercipta di kehidupan masyarakat Palembang.
D.
Raga Gerak
Tari tanggai mempunyai bentuk atau wujud yang tersusun dari
rangkaian-rangkaian gerak atau motif gerak yang dikembangkan dan divariasikan
menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga membentuk struktur tari.
Dalam tanggai ini terdapat bermacam-macam gerakan. Antara lain:
gerakan tangan, gerakan badan, gerakan badan, gerakan kaki, dan gerakan kepala.
Gerakan tangan terdiri dari kecubung atas, kecubung bawah, tolak
arus, mahameru, menaburkan, borobudur, saksi luhur, elang terbang, lambing,
tolak kana, tolak kiri, mendengarkan dan sembah. Gerakan badan terdiri dari
turun duduk, tutur sabda rebah kayu, dan tegak. Gerakan kaki terdiri
dari kaki kedepan, tutup, kaki tunjang, dan jalan keset. Dan gerakan
kepala umumnya mengikuti arah gerakan tangan dan pandang mata.
Jika diurutkan struktur gerak-gerak Tari Tanggai terbagai dalam:
a.
Gerakan Tari Awal
·
Gerak
masuk posisi sembah
·
Borobudur
hormat
·
Sembah
berdiri
·
Jalan
ngeset
·
Kecubung
berdiri bawah kanan
·
Kecubung
berdiri bawah kiri
·
Kecubung
berdiri atas kanan
·
Kecubung
berdiri atas kiri
·
Elang
terbang berdiri
b.
Gerakan Tari Pokok
·
Elang
terbang duduk
·
Tutur
sabda
·
Sembah
duduk
·
Tabur
bunga duduk kanan
·
Tabur
bunga duduk kiri
·
Memohon
duduk kanan
·
Memohon
duduk kiri
·
Tafakur
kanan
·
Tafakur
kiri
·
Seguntang
mahameru kanan
·
Seguntang
mahameru kiri
·
Kecubung
duduk kanan kecubung duduk kiri
·
Stupa
kanan
·
Stupa
kiri
·
Mendengar
duduk kanan
·
Mendengar
duduk kiri
·
Tutur
sabda
·
Borobudur
duduk elang terbang berdiri
c.
Gerakan Tari Akhir
·
Tolak
bala berdiri kanan
·
Tolak
bala berdiri kiri
·
Nyumping
berdiri kanan
·
Nyumping
berdiri kiri
·
Mendengar
berdiri kanan
·
Mendengar
berdiri kiri
·
Tumpang
tali atau ulur benang berdiri kanan
·
Tumpang
tali atau ulur benang berdiri kiri
·
Sembah
berdiri
·
Borobudur
berdiri
Lirik
lagu Tanggai
Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Lemah Lembut,Lemah Lembut
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Tangan Gemulai,Gemulai
Jari – Jari Yang Menari Halus Semampai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Anak Dara Yang Manis
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Bidadari Rupawan Sedang Asyik Manari Tari Tanggai
Musik pengiring untuk tari tanggai bersifat instrumental yang
diiringi beberapa gendang dan satu gong
berperan sebagai pola ritme. Instrumental yang mengiringi tari tanggai ini
memadukan dan memainkan lagu daerah yang menidetifikasikan dan menggambarkan nuansa
warna melayu.
F.
Bahan busana dan tata rias
Aspek-aspek
dalam tata rias dan busana antara lain meliputi tata rias wajah, tata tias
rambut, dan tata rias busana termasuk di dalam aksesoris yang digunakannya
dapat mendukung penampilannya. Aksesoris
antara lain :
ü Gandik adalah yang terlatak di kening dan diikat dibelakang kepala
ü Gelang gepeng (berbentuk pipih)
ü Gelang sempuru (berduri menyerupai kulit durian)
ü Gelang kano (
berbentuk bulat berukir-ukir dengan uuran lebih besar dari gelang biasa
ü Gelang burung (berbentuk burung bersayap)
ü Beringin adalah hiasan kepala yang terletak diatas sanggul
ü Teratai adalah penutup dada yang terbuat dari kain bludru yang ditabur
dengan hiasan manik-manik atau payet
ü Pending adalah ikat pinggang yang terbuat dari lempengan perak atau tembaga
yang diberi hiasan atau motif tumbuh-tumbuhan atau binatang
ü Rumbai melati letaknya disisi kiri-kanan wajah yang dikaitkan pada karsuhun.
ü Kalung kebo minggah-munggah melambangkan tingkatan pada masyarakat palembang (strata).
ü Kalung ronce (ronce melati hidup kalau ada) melati, melambangkan niat
yang suci dari tuan rumah.
ü Selempang terbuat dari kain bludru yang dibuat seperti selempang selebar
kurang 15cm dengan panjang 150cm dan diberi hiasan dari lempeng kuning yang
diukir
ü Kain songket lepus
ü Kain songket limar
ü Baju Angkinan
ü Kuku tanggai
ü Tepak
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tari Gending Sriwijaya
berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu
istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik
Indonesia, menteri kabinet, kepala negara atau pemerintahan negara sahabat,
duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu. Untuk menyambut para tamu
agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending
Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota
Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia,
tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.
Tarian Gending
Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan
Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari
inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di
belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran
penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang
peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu
dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa
tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang
datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan.
Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja,
sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang
pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya. Gending Sriwijaya
merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan.
Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending
Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya,
kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya
mempersatukan wilayah Barat Nusantara.
Tari tepak atau tari tanggai yang
biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki
persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan
busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari
Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak
selengkap busana dan asesoris penari Gending.
Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Kelenturan gerak dan lentiknya jemari penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Tari Tanggai sering dipergunakan
dalam acara pernikahan masyarakat Sumatera Selatan, acara-acara resmi
organisasi dan pergelaran seni di sekolah-sekolah. Sanggar-sanggar seni di kota
Palembang banyak yang menyediakan jasa pergelaran tarian tanggai ini, lengkap
dengan kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan.
Dahulu tarian ini pulalah yang
selalu disajikan kepada tamu-tamu raja kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya pada
acara perkawinan saja, disetiap acarapun tarian ini sering dilakukan. Tari ini
merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian
ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai
serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.
B.
SARAN
Penulis
ini berharap dengan adanya keanekaragam budaya yang dimiliki Indonesia
khususnya Kota Palembang dapat terus dipertahankan dan dijaga kelestariannya.
Sehingga kebudayaan asli yang kita miliki tetap terjaga utuh dan menjadi
warisan budaya yang tidak mati oleh karena kemajuan jaman arus globalisasi.
Karena kebudayaan asli yang kita miliki merupakan identitas diri Negara kita
sebagai bangsa Indonesia. Dengan kebudayaan yang kita miliki kita dapat
memperkuat hubungan antar sesama bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat 2005 “Pengantar Antropologi II”.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bakker Anton 2000
“Antropologi Metafisik”. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat 2009 “Pengantar Ilmu Antropologi”.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sartono, Vebri Al Lintani, Yuli Sudartati 2007
“Tari Tanggai Selayang Pandang”. Palembang: Dewan Kesenian
Palembang.
Suryanegara Erwan 2009 “Kerajaan Sriwijaya”.
Palembang: Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Selatan.
Achmad, Ridjal K. 2007
“Study Guide Cultural Anthropoly”.
Jakarta: STIKOM LSPR Jakarta.
Mahfiraulfa 2013
“Asal usul tari tanggai”.
blogspot.com diunduh 27 Oktober 2014. Pukul 20:42 wib.
Astri 2013
“Gending Sriwijaya”. Blogspot.com diunduh 26 Oktober 2014. Pukul 19:00 wib. www.ngikik.com/lagu-daerah-sumatera-selatan-dan-liriknya.html . diunduh
27 Oktober 2014. Pukul 20:50 wib. http://bloggbebass.blogspot.com/2013/11/tarian-dari-sumatera-selatan.html . diunduh
27 Oktober 2014. Pukul 20:55 wib. http://bloggbebass.blogspot.com/2013/11/tarian-dari-sumatera-selatan.html . diunduh 27 Oktober 2014. Pukul 21:12 wib.
Terima kasih, sangat membantu kak :)
BalasHapus